Apa Itu Budaya Keamanan?

Categories:

cdn.crimethinc.com/assets/articles/2004/11/01/header.jpg

Budaya Keamanan (selanjutnya disebut Security Culture) adalah serangkaian tradisi yang dihidupi bersama oleh suatu komunitas yang anggotanya memiliki kemungkinan untuk dijadikan target oleh pemerintah dan kelompok fundamentalis, suatu tradisi yang didesain untuk meminimalisir resiko. Menerapkan security culture di dalam komunitas kita membuat kita dapat terhindar dari kerja-kerja menjenuhkan untuk menakar tingkat keamanan kita lagi dan lagi yang selalu saja dimulai dari awal. Budaya ini juga dapat membantu mengimbangi paranoia dan kepanikan di dalam situasi yang penuh tekanan – yoi men, budaya ini juga bisa jadi dapat membantumu terhindar dari lembabnya sel penjara. Mengapa menggunakan budaya? Kenapa tidak menggunakan protokol/sistem prosedural saja? Sederhana. Budaya dapat dijalani tanpa harus dalam keadaan sadar, yang digerakkan hanya oleh insting, dan karenanya tidak membutuhkan kerja keras untuk dijalani; sekali perilaku yang paling aman telah menjadi kebiasaan seluruh anggota komunitas, maka kita semua dapat lebih sedikit menghabiskan waktu dan tenaga untuk menekankan betapa pentingnya kemanan di dalam komunitas kita, atau menderita konsekuensi yang timbul akibat tidak mengutamakan keamanan di dalam komunitas, atau mencemaskan tentang seberapa besar bahaya yang kau hadapi, sebab kau telah tahu bahwa kau telah melakukan apapun yang dibutuhkan untuk tetap aman. Jika kau telah menjalani kebiasaan untuk tidak membeberkan apapun yang sensitif tentang dirimu sendiri, maka kau dapat berkolaborasi dengan orang asing tanpa harus mencemaskan apakah orang tersebut intel atau bukan; jika semua orang di dalam komunitasmu paham apa yang tidak boleh dibicarakan ketika sedang menelepon, maka sebebas apapun musuhmu menyadap saluran telepon, mereka tidak akan pernah mendapatkan apapun. 1

Prinsip sentral dari security culture, sebuah poin yang harus ditekankan, adalah bahwa siapapun tidak seharusnya mengetahui informasi sensitif yang tidak harus mereka ketahui.

Semakin banyak yang mengetahui sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang atau suatu proyek berada dalam masalah – baik informasi tersebut berupa identifikasi orang-orang yang terlibat dalam tindakan ilegal, lokasi rapat rahasia, atau rencana aktivitas di masa depan – maka semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut untuk jatuh ke tangan yang salah. Membagikan informasi seperti itu kepada orang- orang yang tidak seharusnya mengetahuinya membuat mereka dapat menjadi orang-orang yang merugikan dan juga meresikokan nasib orang-orang yang terdampak dari bocornya informasi tersebut: kondisi demikian menempatkan mereka dalam situasi yang tidak nyaman karena dapat merusak hidup orang lain hanya dengan satu langkah kecil yang keliru. Misalnya, jika mereka diinterogasi, mereka akan memiliki sesuatu yang disembunyikan, ketimbang dapat dengan percaya diri dan jujur mengungkapkan apa yang diketahuinya.

Jangan bertanya, jangan ceritakan.

Jangan meminta orang lain untuk membagikan informasi rahasia yang tidak perlu kau ketahui. Jangan membual tentang hal-hal ilegal yang kau atau orang lain pernah lakukan, atau menyebut hal-hal yang akan terjadi atau mungkin saja terjadi, atau bahkan menyebut ketertarikan seseorang untuk terlibat dalam aktivitas semacam itu. Tetap waspada dimanapun kau berbicara; jangan biarkan petunjuk-petunjuk terkait info ilegal keluar dari mulutmu tanpa pikir panjang.

Kamu bisa berkata “tidak” kapan saja pada siapa saja tentang apa saja.

Jangan menjawab pertanyaan yang tidak ingin kau jawab – tidak hanya dengan aparat kepolisian, tapi juga dengan aktivis lainnya dan bahkan dengan teman dekat: jika ada sesuatu yang kau rasa tidak aman untuk dibeberkan, maka jangan beberkan. Ini juga berarti bahwa kau harus bersikap santai ketika orang lain memilih untuk tidak menjawab pertanyaan-pertanyaanmu: jika ada pembahasan yang tidak ingin mereka beberkan, atau mereka memintamu untuk tidak menjadi bagian dari suatu rapat atau proyekan, jangan terlalu bawa perasaan – ini demi kebaikan semua orang. Serupa dengan itu, jangan berpartisipasi dalam proyekan manapun yang tidak diiyakan oleh kata hatimu, atau berkolaborasi dengan siapapun yang kau rasa susah untuk diajak jalan bareng, atau menolak mengacuhkan firasatmu dalam situasi manapun: jika sesuatu yang kau jalani berakhir tidak beres dan kau mendapatkan masalah, maka kau tidak perlu lagi menyesali perbuatanmu. Kau bertanggungjawab untuk tidak membiarkan siapapun untuk mengarahkanmu mengambil resiko yang tidak siap untuk kau jalani.

Jangan pernah melepaskan temanmu kepada musuhmu.

Jika tertangkap, jangan pernah, jangan sekali-kali membeberkan informasi apapun yang dapat membahayakan nasib orang lain. Beberapa sumber merekomendasikan untuk melakukan sumpah eksplisit yang harus diucapkan oleh seluruh peserta dalam suatu kelompok aksi langsung: dengan begitu, dalam skenario terburuk, ketika tekanan yang ada membuatmu kesulitan untuk memisahkan antara opsi menyerahkan info-info detail yang tidak berbahaya ataukah membocorkan informasi sepenuhnya, setidaknya semua orang telah tahu tepatnya komitmen apa yang dimiliki kepada satu sama lain, sehingga tidak perlu mencemaskan apakah yang tertangkap akan “menyanyi” atau tidak.

Jangan membuat musuhmu dapat dengan mudah memahami apa yang kau kerjakan.

Jangan menerapkan metode-metode, target-target yang kau jadikan sasaran, atau waktu dan tempat rapat yang terlalu mudah untuk diprediksi. Jangan terlalu mudah diprediksi. Jangan juga terlalu nampak di hadapan aspek-aspek publik dari perjuangan yang di dalamnya kau melakukan aksi-aksi langsung yang paling serius: jauhkan namamu dari daftar persuratan dan dari media, kalau bisa hindari pula berasosiasi dengan organisasi dan kampanye-kampanye di atas permukaan sepenuhnya. Jika kau terlibat dalam aktivitas-aktivitas klandestin yang sangat serius bersama segelintir kawanmu, kau dapat pertimbangkan untuk membatasi interaksimu di hadapan publik, bahkan jika memungkinkan, hindari untuk saling bertemu satu sama lain. Pihak keamanan dapat dengan mudah mendapatkan akses atas nomor hape yang pernah dihubungi atau menghubungi hapemu, dan akan menggunakan daftar nomor tersebut untuk mendapatkan gambaran hubungan antara individu-individu; demikian pula dengan email-emailmu, dan buku-buku yang kau pinjam dari perpustakaan, dan khususnya situs-situs sosial networking seperti Facebook.

Jangan tinggalkan jejak: penggunaan kartu kredit, kartu bensin, panggilan telepon seluler semuanya meninggalkan rekam gerakmu, pengeluaranmu, dan kontak- kontakmu. Ketahui selalu jejak-jejak dari dokumen tertulis dan kertas fotokopi yang dapat mengkriminalisasimu – simpan semuanya dalam satu tempat, agar kau tidak melupakan salah satunya secara tidak sengaja – dan hancurkan segera setelah kau tidak membutuhkannya lagi. Semakin sedikit ia, maka semakin baik; biasakan dirimu dengan menggunakan ingatanmu. Pastikkan tidak ada sisa-sisa tulisan semacam itu yang tertinggal. Juga, asumsikan bahwa setiap komputer meninggalkan jejak.

Jangan lemparkan ide-ide aksi langsung di sekitaran ruang publik yang kau pikir akan menjadi targetan aksimu suatu waktu.

Jangan menawarkan suatu ide sampai kau dapat mengumpulkan sekelompok individu yang kau harap semuanya akan tertarik untuk melakukannya; kecuali teman akrab atau pasanganmu yang dengannya kau brainstorming bareng dan membicarakan hal-hal detail. Jangan tawarkan ide-idemu sampai kau sudah merasa sudah waktunya untuk ide tersebut direalisasikan. Undanglah hanya orang-orang yang cukup dapat kau pastikan untuk bergabung – semua orang yang kau undang yang berakhir tidak ikut terlibat merupakan suatu resiko keamanan yang sangat tidak perlu, dan hal ini dapat menjadi masalah jika diketahui bahwa mereka merasa aktivitas yang kau tawarkan itu konyol, bodoh, atau salah secara moral. Undang hanya orang-orang yang dapat menjaga rahasia – ini hal yang sangat penting baik mereka memutuskan untuk berpartisipasi atau tidak.

Kembangkan sebuah stenografi/kode untuk berkomunikasi dengan kawan- kawanmu di ruang publik.

Adalah penting untuk menyiapkan cara-cara berkomunikasi secara sembunyi- sembunyi dengan teman-teman yang kau percayai tentang isu-isu keamanan dan tingkat kenyamanan ketika berada dalam situasi publik, seperti di dalam rapat yang diadakan untuk mendiskusikan aksi langsung yang dapat dijalankan. Dengan mengetahui bagaimana cara mengukur perasaan satu sama lain tanpa orang yang lainnya dapat mengetahui apakah kau saling berkomunikasi atau tidak akan menghindarkanmu dari kerja-kerja untuk menebak pemikiran satu sama lain terkait suatu situasi atau individu, dan membantumu untuk menghindari tingkah aneh ketika kau tidak dapat berada dekat dengan temanmu untuk saling bertukar catatan rapat. Ketika kau telah menggelar kelompok yang lebih besar untuk menawarkan suatu rencana aksi, kau dan teman-temanmu harus sudah memahami dengan jelas terkait niat satu sama lain, kemauan untuk mengambil resiko, tingkatan komitmen, dan pendapat pribadi masing-masing individu, untuk menghemat waktu dan menghindari ambiguitas yang tidak penting. Jika kau tidak pernah terlibat dalam lingkaran perencanaan aksi langsung sebleumnya, kau akan terkejut betapa rumitnya pembicaraan yang terjadi bahkan ketika semua orang yang hadir masing-masing telah membawa rencana yang matang.

Kembangkan metode untuk membangun tingkatan keamanan kelompok atau situasi.

Salah satu prosedur singkat yang dapat kau jalankan di awal pertemuan besarmu yang berisi orang-orang yang tidak semuanya saling kenal adalah permainan “penjaminan (vouched for)”: di setiap akhir dari perkenalan diri setiap individu, semua orang yang bersedia menjamin orang tersebut mengangkat tangan. Jaminlah hanya orang-orang yang kau percayai. Harapannya, setiap orang terkoneksi dengan orang lain denga suatu rantai jejaring; dengan demikian, setidaknya setiap orang mengetahui titik pijak setiap individu. Seorang aktivis yang memahami pentingnya keamanan yang baik tidak akan merasa dihina dalam situasi di mana tidak satupun yang hadir yang ingin menjaminnya dan akhirnya diusir oleh beberapa peserta rapat.

Lokasi rapat merupakan suatu faktor penting dalam keamanan.

Kau tidak menginginkan tempat yang dapat dipantau (misalnya tempat tinggal pribadi), kau tidak menginginkan tempat dimana kau dapat diobservasi sepenuhnya (misalnya taman yang disampingnya merupakan tempatmu akan mengadakan aksi besok), kau tidak menginginkan tempat dimana kau dapat dilihat keluar masuk atau seseorang dapat masuk tanpa diduga-duga – tempatkan penjaga, kunci pintu ketika rapat dimulai, waspadai segala sesuatu yang mencurigakan.2 Kelompok kecil dapat mengadakan rapat dalam bentuk bercerita sambil berjalan-jalan; kelompok yang lebih besar dapat rapat di luar ruangan yang sepi – pergi mendaki atau berkemah, jika ada waktu – atau di dalam ruangan privat dari bangunan publik, seperti ruangan belajar perpustakaan atau kelas kosong di kampus. Skenario terbaik: meskipun ia tidak tahu kalau kau terlibat dalam aksi langsung, tapi kau dekat dengannya, yakni orang tua pemilik warkop dekat tempat tinggalmu, dan ia tidak masalah untuk memberikanmu ruangan belakang warkopnya untuk kegiatan pribadimu, tanpa bertanya satu pertanyaanpun.

Awasi seberapa dapat dipercayainya orang-orang disekitarmu, khususnya mereka yang kau temani berkolaborasi dalam aktivitas bawah tanah.

Sadari seberapa lama kau telah mengenal seseorang, seberapa lama keterlibatannya dalam komunitasmu dan seberapa paham kau akan kehidupannya diluar komunitas, dan pengalaman seperti apa yang dialami orang-orang lain ketika beraktivitas bersamanya. Teman-temanmu sejak kecil, jika kau masih memiliki mereka dalam hidupmu, akan menjadi teman terbaik untuk menjalani aksi langsung, sebab kau sudah familiar dengan kelebihan dan kelemahannya dan cara-caranya menghadapi tekanan – dan kau juga sudah tahu tingkat kebenaran dari apa saja yang ia katakan ketika memperkenalkan dirinya dan siapa dia sebenarnya. Pastikan hanya mempercayakan keamananmu dan keamanan proyekanmu kepada kawan-kawan terpercayamu yang memiliki prioritas dan komitmen yang sama denganmu, dan yang tidak perlu lagi membuktikan apapun. Dalam jangka panjang, berusahalah untuk membangun komunitas dengan orang-orang yang telah lama menjadi temanmu dan jalani aksi-aksi bersama, dengan ikatan dengan komunitas-komunitas lain yang serupa.

Jangan terlalu terdistraksi dengan mencemaskan ada tidaknya penyusup; jika takaran keamananmu efektif, maka persoalan ini tidak perlu dicemaskan.

Jangan habiskan tenagamu dan membuat dirimu parno dan bersikap tidak ramah dengan menuduh-nuduh semua orang yang kau temui. Jika kau menjaga info-info sensitif agar tetap berada di dalam lingkaran orang-orang terdekatmu, berkolaborasilah hanya dengan teman-temanmu yang dapat diandalkan dan berpengalaman yang sejarahnya dapat kau verifikasi, dan jangan pernah menyerahkan apapun tentang aktivitas pribadimu, agar intel and polisi tidak berdaya untuk mengumpulkan bukti-bukti yang dapat digunakannya untuk menyerangmu. Security culture yang baik harusnya membuat kerja-kerja intel polisi di dalam komunitasmu tidak relevan. Hal penting yang harus digarisbawahi bukanlah soal apakah seseorang terlibat kerjasama dengan polisi atau tidak, tapi apakah ia membawa resiko keamanan; jika ia dianggap tidak aman, ia tidak boleh dibiarkan berakhir dalam kondisi di mana keamanan semua orang digantungkan kepada dirinya.

Belajar dan tunduklah kepada ekspektasi keamanan dari setiap orang yang kau temani berinteraksi, dan hargai perbedaan gaya dalam menjaga keamanan.

Untuk berkolaborasi dengan orang lain, kau harus memastikan mereka merasa aman dan nyaman bersama denganmu; bahkan jika kau sedang tidak berkolaborasi dengan mereka, kau tidak ingin membuat mereka tidak nyaman atau mengabaikan marabahaya yang lebih mereka pahami. Ketika tiba saatnya untuk merencanakan aksi langsung, tidak tunduk pada security culture yang diterima di dalam komunitas tidak hanya dapat merusak kesempatanmu untuk bekerjasama dengan orang lain dalam suatu proyekan, tapi juga merusak kemungkinan proyek tersebut untuk bisa direalisasikan – contohnya, jika kau menghadirkan ide yang direncanakan orang lain untuk direalisasikan dalam setting yang mereka anggap tidak aman, maka mereka terpaksa dapat meninggalkan rencana tersebut sebab rencana tersebut kini dapat dikaitkan dengan mereka. Minta orang-orang untuk menggambarkan garis besar dari kebutuhan keamanan khusus mereka sebelum kau membuka pembicaraan terkait subjek dari aksi langsung tersebut.

Biarkan orang-orang tahu apa sebenarnya yang kau butuhkan terkait dengan keamanan.

Akibat wajar dari tunduk pada ekspektasi orang lain adalah orang-orang juga akan tunduk pada ekspektasimu. Di awal hubungan apapun dimana kehidupan politik pribadimu mungkin menjadi sebuah isu, tekankan bawa terdapat detail-detail dari aktivitasmu yang harus kau sembunyikan. Hal ini dapat menyelamatkanmu dari berbagai drama-drama kedepannya ketika berada di situasi yang cukup menekan; hal terakhir yang kau butuhkan ketika kembali dari misi rahasia yang gagal adalah dengan berakhir bertengkar dengan kekasihmu: “tapi kalau kamu memang percaya sama aku, kamu pasti akan kasih tau aku tentang ini semua! Bagaimana aku bisa tau kalau kamu di luar sana tidur bareng si…!” ini bokan soal kepercayaan, sayang – informasi sensitif bukanlah hadiah yang bisa diraih.

Perhatikan orang lain.

Perjelaslah kepada orang-orang disekitarmu terkait resiko apa yang mungkin saja kau hadirkan3 kepada mereka dengan keberadaanmu atau dengan aksi-aksi yang kau rencanakan, setidaknya sejauh yang kau mampu jelaskan tanpa melampaui aturan - aturan lain dari security culture. Biarkan mereka mengetahui apa yang bisa kau jelaskan terkait resiko apa yang kau jalani secara pribadi: misalnya, apakah kau menjadi sumber pencarian aparat (jika terdapat jaminan luar biasa untukmu, apakah kau seorang migran yang tidak teregistrasi, dsb.), tanggungjawab apa yang harus kau jalani, apakah kau punya alergi atau tidak. Jangan membahayakan orang lain dengan keputusanmu, khususnya jika kau tidak mampu menyediakan dukungan konkrit bila nantinya mereka ditangkap karena perilakumu. Jika orang lain membentangkan spanduk di area yang berdekatan dengan api yang kau nyalakan, polisi dapat saja menuduh orang tersebut dengan tuduhan pembakaran; bahkan jika tuduhannya tidak dapat berlaku, kau tidak boleh meresikokan keinginan sakit mereka, atau tidak sengaja menghalangi rute kabur yang telah mereka rencanakan. Jika kau membantu untuk menginisiasi pawai yang berpisah dari pawai besarnya, cobalah untuk memastikan bahwa posisimu berada di antara polisi dan orang lain yang terikut dalam barisanmu tapi tidak memahami resiko yang ada; jika kau menimbulkan parade spontan di tengah-tengah aksi damai dengan melakukan perusakan properti, pastikan orang lain yang tidak siap akan konsekuensi dari aksimu tidak sekedar tinggal diam dalam keadaan bingung ketika polisi muncul. Apapun proyek beresiko yang kau jalani, pastikan kau telah siap menjalankannya dengan cerdas, agar tidak ada orang lain yang harus menderita resiko tidak terduganya, seperti harus membantumu ketika kau melakukan kesalahan.

Security Culture adalah suatu bentuk etiket, sebuah cara untuk menghindari kesalahpahaman yang tidak perlu dan potensi konflik-konflik penuh bencana.

Persoalan keamanan tidak boleh menjadi alasan untuk membuat orang lain merasa terpinggirkan atau inferior – meskipun usaha untuk menghindari ini membutuhkan kecerdikan!– sebagaimana tidak satupun yang boleh merasa bahwa mereka punya “hak” untuk terlibat dalam segala hal yang orang lain ingin untuk tidak kau ikuti. Mereka yang melanggar security culture komunitas mereka tidak harus diomeli terlalu keras di awal ia melakukan kesalahan – ini bukan persoalan keren tidaknya kepantasan pergaulan aktivis untuk bergabung dengan in-group, namun persoalan pembangunan ekspektasi kelompok dan dengan pelan membantu orang-orang memahami pentingnya budaya ini; selain jia orang-orang tidak bisa menerima kritik konstruktif ketika mereka mengambil sikap defensif. Bagaimanapun, orang-orang semacam itu harus selalu diberitahu secepatnya terkait bagaimana mereka meresikokan orang lain, dan konsekuensi apa yang akan mereka lanjutkan nantinya. Mereka yang tidak dapat memahami hal ini harus dengan bijaksana namun efektif dibungkam dari segala sitasi sensitif.

Security culture bukanlah paranoia yang diinstitusionalisasikan, namun sebuah cara untuk menghindari paranoia yang tidak sehat dengan meminimalisir resiko di masa depan.

Adalah tidak produktif untuk menghabiskan lebih banyak energi untuk mencemaskan seberapa besar pengawasan yang kau hadapi ketimbang mengurusi cara-cara untuk mengurangi bahaya yang dimunculkannya. Security culture yang baik harus membuat semua orang merasa lebih santai dan percaya diri, tidak kurang. Di waktu yang sama, adalah sesuatu yang juga tidak produktif untuk menuduh mereka yang menaati security culture dengan tingkatan yang lebih ketat ketimbang kau sebagai orang yang paranoid – ingat, musuh kita ada di luar sana untuk mengambil kita.

Jangan biarkan kecurigaan digunakan untuk menyerangmu.

Jika lawanmu tidak dapat mempelajari rahasiamu, mereka akan mengambil langkah adu domba. Agen-agen-agen rahasia dapat menyebarkan rumor-rumor atau melemparkan tuduhan-tuduhan untuk menciptakan pertikaian, ketidakpercayaan, dan kebencian di dalam atau antar kelompok. Mereka dapat memalsukan surat atau mengambil langkah semacam itu untuk membingkai para aktivis. Media mainstream dapat berpartisipasi dalam usaha ini dengan memberitakan bahwa terdapat seorang informan dalam suatu kelompok meskipun nyatanya tidak ada, atau melakukan misrepresentasi atas politik atau sejarah individu atau kelompok dalam rangka untuk mengalienasi sekutu-sekutu yang potensial bagi kelompok tersebut, atau menekankan secara berulang bahva terdapat konflik antara dua cabang pergerakan sampai kedua kelompok tersebut benar-benar saling tidak percaya. Lagi-lagi, security culture yang cerdas yang dapat mendorong tingkat kepercayaan dan percaya diri yang tinggi harus membuat provokasi semacam itu hampir tidak mungkin di tingkat personal; ketika berurusan dengan hubungan antara proponen-proponen dari taktik- taktik dan organisasi-organisasi berbeda dari beragam corak gerakan, ingatlah pentingnya solidaritas dan keberagaman taktik, dan percaya bahwa kelompok lain juga melakukannya, bahkan jika media memberitakan yang sebaliknya. Jangan menerima rumor atau laporan sebagai suatu fakta: pergilah langsung ke sumbernya untuk melakukan konfirmasi di setiap saat, dan bersikap diplomatislah menghadapinya.

Jangan merasa terintimidasi oleh gertakan.

Pengawasan dan perhatian polisi tidak melulu mengindikasikan bahwa mereka telah mengetahui segala sesuatu yang spesifik terkait rencana atau aktivitasmu: biasanya hal tersebut mengindikasikan bahwa mereka tidak mengetahui apapun dan sedang mencoba untuk menakut-nakutimu agar tidak melanjutkan rencanamu. Kembangkan sebuah insting yang dapat kau gunakan untuk merasakan kapan kedokmu telah terungkap dan kapan musuhmu hanya mencoba untuk menyusahkanmu dengan tujuan agar kau dapat melakukan tugas mereka secara Cuma-Cuma.

Selalu bersiap menghadapi kemungkinan bahwa kau sedang dipantau, tapi jangan menyamakan perilaku yang mengundang pengawasan dengan perilaku efektif.

Bahkan jika segala yang kau lakukan bersifat legal, kau mungkin saja masih mendapatkan perhatian dan usikan dari organisasi intelijen jika mereka merasa kau masih merupakan elemen pengganggu. Dalam beberapa hal, hal ini justru merupakan kondisi terbaik; semakin banyak mereka harus melakukan kerja-kerja pemantauan, maka semakin tipis pula tenaga mereka untuk melakukan pemantauan yang luas, dan semakin sulit pula bagi mereka untuk mengentarai atau menetralisir individu-individu subversif. Bersamaan dengan itu, jangan berpikir macam-macam kalau kau tahu kau sedang dipantau, apalagi mengasumsikan bahwa semakin pihak keamanan memperhatikanmu, maka semakin berbahaya dirimu bagi mereka – mereka tidak secerdas itu. Mereka cenderung keasyikan dengan organisasi-organisasi perlawanan yang pendekatannya mirip dengan apa yang mereka miliki; ambil keuntungan dari kondisi ini. Taktik terbaik adalah taktik yang berisikan kerja-kerja bertemu orang lain, sampaikan inti yang mau kau katakan, dan berikan pengaruhmu sebisa mungkin tanpa muncul dalam radar pihak keamanan, setidaknya sampai ketika sudah terlalu terlambat. Idealnya, aktivitas-aktivitasmu harusnya diketahui oleh semua orang selain pihak keamanan.

Security Culture melibatkan kode senyap, tapi bukan kode ketidakbersuaraan.

Cerita-cerita tentang kerja-kerja penuh keberanian kita dalam perjuangan melawan kapitalisme, entah bagaimana caranya, tetap harus diceritakan. Ini agar semua orang akan paham bahwa perlawanan itu adalah sesuatu yang bisa dilakukan bersama orang-orang yang nyata; hasutan-hasutan insureksi harus dilakukan, agar ‘calon- calon’ revolusioner dapat bertemu satu sama lain dan agar sentimen-sentimen revolusioner yang selama ini terkubur di dalam hati masyarakat akhirnya mendapatkan celahnya untuk muncul di permukaan. Security culture yang baik harus mempertahankan kerahasiaan yang dibutuhkan agar setiap individu tetap aman dalam kerja-kerja bawah tanahnya, sementara tetap menyediakan sesuatu yang kentara demi membangun perspektif radikal. Kebanyakan tradisi-tradisi keamanan dalam lingkungan aktivis hari ini berasal dari 30 tahun belakangan dari kerja-kerja perlindungan hak kewan dan pembebasan bumi; dengan demikian, tradisi ini tetap sesuai bagi kebutuhan kelompok-kelompok kecil yang menjalankan aksi-aksi ilegal yang tertutup, namun tidak selalu sesuai bagi kampanye permukaan yang bertujuan untuk mendorong pembangkangan umum. Dalam beberapa kasus, adalah masuk akal untuk melanggar hukum secara terang-terangan, dalam rangka untuk memprovokasi partisipasi massa yang lebih besar yang nantinya dapat menyediakan keamanan.

Seimbangkan antara kebutuhan untuk melarikan diri dari pendeteksian oleh musuhmu dengan kebutuhan untuk tetap dapat membangun akses dengan potensi-potensi kawanmu.

Dalam jangka panjang, kerahasiaan saja tidak dapat melindungi kita – cepat atau lambat pihak keamanan akan menemukan kita semua, dan jika tidak ada satupun orang lain yang memahami apa yang kita kerjakan dan apa yang kita inginkan, maka pihak keamanan akan dapat menghancurkan kita dengan impunitas mereka. Dalam kasus seperti itu, hanya kekuatan dari publik yang tercerahkan dan simpati terhadap kita yang dapat membantu kita. Harus selalu ada jalan masuk ke dalam komunitas yang di dalamnya terdapat kerja-kerja aksi langsung, agar semakin banyak orang yang bisa bergabung. Mereka yang melakukan hal-hal yang sangat serius tentunya tetap harus menjaga kerja-kerjanya agar tetap rahasia, namun setiap komunitas juga harus selalu memiliki satu dua orang yang secara vokal mengadvokasikan dan memberikan pendidikan tentang aksi langsung, dan yang dapat secara diam-diam membantu orang-orang baru yang dapat dipercaya untuk berjejaring dengan orang- orang baru lainnya.

Ketika kau merencanakan suatu aksi, mulailah dengan membangun tingkat keamanan yang sesuai, dan bertindaklah dengan mengacu dari tingkatan tersebut.

Belajar untuk mengukur resiko yang dihadapkan oleh suatu aktivitas atau situasi dan belajar memahami bagaimana berurusan dengannya secara sesuai tidak hanya merupakan bagian krusial agar terhindar dari sel penjara; namun juga membantu kita untuk mengetahui apa yang tidak seharusnya kau cemaskan, sehingga kau tidak menghabiskan tenaga untuk kerja-kerja keamanan yang tidak penting. Selalu sadari bahwa suatu aksi tertentu mungkin memiliki aspek-aspek yang berbeda yang membutuhkan derajat keamanan yang berbeda pula; maka pastikan untuk tetap mengetahui perbedaan-perbedaan tersebut. Berikut sebuah contoh dari sistem penilaian untuk tingkat keamanan:

  1. Only those who are directly involved in the action know of its existence.
  2. Individu-individu pendukung yang dipercayai juga harus tahu tentang aksi tersebut, namun setiap orang yang terlibat langsung harus menentukan bersama siapakah orang yang tepat ini.
  3. Boleh saja untuk mengundang orang lain untuk berpartisipasi yang memiliki kecenderungan untuk memilih tidak terlibat – yakni, orang dari luar kelompok yang mungkin tahu tentang aksi kalian, tapi yang dianggap tetap menjaga kerahasiaan.
  4. Kelompok tidak menyediakan daftar ketat tentang siapa saja yang diajak ikut; para peserta bebas untuk mengundang orang lain dan mendorong mereka untuk melakukan hal yang sama, sementara tetap menekankan bahwa pengetahuan tentang adanya rencana aksi tersebut harus tetap berada di dalam lingkaran mereka yang dapat dipercayai untuk tidak membocorkan rahasia.
  5. “rumor” tentang aksi yang akan dilakukan dapat disebarkan luas, namun identitas dari mereka yang berada di pusat pengorganisiran aksi tersebut harus tetap dirahasiakan.
  6. Aksi tersebut diumumkan secara terbuka, namun jangan sampai berlebihan, setidaknya agar polisi tidak ‘cepat bangun’.
  7. Aksi tersebut sepenuhnya diumumkan dan berada di atas permukaan dalam keseluruhannya.

Sebagai contoh, tingkat keamanan #1 akan cocok untuk kelompok yang ingin membakar dealer mobil, sementara tingkat #2 akan sesuai bagi mereka yang merencanakan aksi-aksi perusakan properti minor, seperti corat-coret tembok. Tingkat #3 atau #4 sesuai untuk suatu seruan dewan juru bicara yang mendahului aksi black bloc pada demonstrasi besar atau bagi kelompok yang ingin diliput media besar, bergantung pada rasio resiko vs kebutuhan kuantitas peserta. Tingkat #5 akan sesuai dengan proyek seperti penginisiasian pawai-pawai kejutan yang tidak mengantongi izin: contohnya, semua orang telah mendengar banyak bahwa penampilan Ani DiFranco akan berakhir dengan pawai “spontan” yang menyuarakan anti-peperangan, sehingga orang-orang dapat bersiap-siap menyambut pawai teresebut, namun karena tidak ada yang tahu siapa yang menawarkan ide tersebut, maka tidak ada yang dapat ditargetkan pihak kepolisian sebagai dalangnya. Tingkat #6 akan sesuai untuk mengumumkan pawai naik sepeda massal: undangan diselipkan di sekitar pegangan sepeda orang-orang, namun tidak ada pengumuman yang disebarkan di media, sehingga polisi tidak akan muncul saat pawai baru berlangsung. Tingkat #7 sesuai untuk pawai anti-perang yang telah mengantongi izin atau acara nobar media independen, selain jika kau paranoid salah-salah, maka proyek-proyek macam ini juga bisa kau berikan tingkat keamanan #1.

Juga masuk akal untuk memilih sarana komunikasi yang akan kau gunakan sesuai dengan tingkat keamanan yang dibutuhkan. Berikut beberapa contoh tingkat keamanan komunikasi, bergantung dengan sistem yang dipaparkan di atas:

  1. Tidak ada komunikasi terkait aksi selain antar perorangan, di luar rumah dari mereka yang terlibat, dalam lingkungan yang diawasi (misalnya kelompok yang ada pergi berkemah untuk mendiskusikan rencananya); tidak ada pembahasan terkait aksi selain ketika memang sangat dibutuhkan.
  2. Di luar rapat kelompok, individu yang terlibat bebas untuk mendiskusikan perihal aksinya ketika berada di ruang-ruang yang bebas dari pengawasan.
  3. Pembahasan diizinkan di rumah-rumah yang tidak berada di bawah pengawasan.
  4. Komunikasi melalui email yang dienkripsi atau melalui sambungan telepon yang netral dapat diterima.
  5. Orang-orang dapat membahas aksi tersebut melalui telepon, email, dsb. Dengan mengingat bahwa mereka tetap hati-hati akan tidak membicarakan terkait detailnya – siapa, apa, kapan dan di mana.
  6. Telepon, email, dsb. Semuanya aman, tergantung sama konteksnya.
  7. Komunikasi dan proklamasi aksi melalui segala medium yang ada diharapkan untuk dilakukan.

Jika kau menjaga agar informasi berbahaya untuk tidak tersebar dan kau mengikuti takaran keamanan yang sesuai di setiap proyekan yang kau jalankan, maka kau akan berada dalam perjalanan menuju apa yang dianggap Abbie Hoffman sebagai tugas pertama kaum revolusioner: tidak tertangkap. Semoga petualanganmu, baik yang sukses maupun yang tidak, dapat berjalan maksimal, dan ingat – jangan bilang kalau kami yang memberitahumu tentang semua ini!

Bacaan lanjutan

  1. “But what about infiltrators and informers?” a CrimethInc. agent asked long ago at his first major mobilization. “We’ll have them peel potatoes,” was the casual reply from an experienced organizer. 

  2. One CrimethInc. cell will never forget exiting an ultra-high security meeting in a university basement only to discover that while they’d been locked in, a crowd of liberal student protesters had flooded the adjoining room to watch a slideshow which all the organizers of the next day’s militant black bloc had to wade through in embarrassment! 

  3. A hilarious example of why this is important occurred when CrimethInc. agents Paul F. Maul and Nick F. Adams attempted to return to the continental United States after a period spent hiding out in Alaska. They were worried about how the Canadian customs agents would feel about the massive quantities of assault rifle bullets they had with them, so they removed the panels on the doors of their car and secreted the bullets behind these. On the way to the border they picked up a hitchhiker, a nondescript, clean-cut fellow who seemed harmless. At the border check, both CrimethInc. workers held their breath as the customs agent ran their I.D.s, but were relieved to receive them back without incident. They thought they were going to pass through the border without a hitch until the customs agent ran the hitchhiker’s I.D.; suddenly armed officers surrounded their car and ordered them out at gunpoint. The hitchhiker, it turned out, was a long-time Greenpeace activist who had arrests in thirty countries! The officers strip-searched their car, at last removing the door panels, and the bullets clattered out onto the pavement. Our heroes spent the following four hours locked in interrogation rooms, Canadian policemen screaming, “Where are the guns? We know you have them—tell us where they are!,” and paying little heed to their protestations: “This is all a big misunderstanding—we don’t have any guns. We’re graphic designers—we have the bullets for a design project. Honest, officer!”